top of page
  • admin

Pola Integrasi Sawit dan Sapi Yang Menguntungkan


foto oleh majalah infovet


Siapa sangka metode integrasi sawit dan sapi yang sudah dikembangkan menjadi salah satu metode efektif mendongkrak keuntungan dari perkebunan sawit. Namun, bagaimana sebenarnya integrasi yang menguntungkan tersebut? Untuk lebih jelasnya, kali ini anda akan mendapatkan sekumpulan fakta terkait perkebunan sawit dan juga peternakan sapi di negara kita.


Fakta Mengenai Peternakan Sapi

Pengetahuan akan fakta peternakan sapi di negara kita ini akan membuka wawasan anda tentang integrasi sawit dan sapi yang gencar dikembangkan belakangan ini. Beberapa fakta yang mungkin belum anda ketahui adalah :

  • Kurangnya lahan yang digunakan untuk beternak sapi. Sangat minim sekali peternakan yang langsung memelihara sapi dalam jumlah banyak di suatu lahan terbuka dengan lebar yang memadai. Hal ini juga yang menyebabkan kebanyakan peternak sapi hanyalah masyarakat biasa dengan memanfaatkan lahan kosong, sawah hingga perkebunan milik warga. Peternakan sapi non korporasi (perusahaan besar) rata-rata menggunakan metode kereman (feeder cattle) untuk mengatasi permasalahan lahan ini.

  • Ditahun yang sama, yakni tahun 2018 juga tercatat pemenuhan daging sapi hanya mencapai angka 403.349 ton. Dengan pencapaian ini maka yang terpenuhi hanya sekitar 60.9% kebutuhan daging sapi. Sedangkan kebutuhan total daging sapi pada tahun tersebut mencapai angka 662.541 ton. Masih cukup jauh yang harus terpenuhi oleh peternak sapi lokal.

  • Statistik mencatat baik kebutuhan daging selalu mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Minimal, meningkat sebanyak 0.3% dari tahun-tahun sebelumnya.

Dari fakta-fakta di atas, anda bisa menarik kesimpulan bahwasanya peternak sapi lokal masih belum mampu memenuhi angka kebutuhan daging dan susu sapi. Penyebabnya? Kebanyakan masalah keterbatasan lahan dan kurangnya pakan alami sapi.

Di sisi lain, limbah sawit memiliki potensi besar sebagai pakan sapi. Pakan sendiri secara tradisional menjadi salah satu faktor terbesar dalam biaya budidaya (60-70%). Dengan menekan pengeluaran ini, maka dapat diperoleh penghasilan yang lebih baik lagi bagi pekebun/peternak. Berikut ini kandungan nutrisi limbah sawit yang dapat dibuat untuk pakan sapi:




Fakta Perkebunan Sawit

Nah, tidak hanya fakta tentang peternakan sapi saja. Anda juga harus mengetahui fakta mengenai perkebunan sawit, seperti beberapa poin di bawah ini :

  • Perkebunan sawit sudah berlangsung semenjak berabad-abad lalu di Indonesia. Bahkan, tercatat semenjak tahun 2006, Malaysia sebagai negara penghasil minyak sawit terbanyak di dunia mampu digeser posisinya oleh Indonesia. Bahkan, posisi penghasil minyak nabati yang dipegang oleh Amerika juga tersalip.

  • Negara kita juga dikenal sebagai produsen sekaligus eksportir minyak sawit (CPO) terbesar. Bahkan, sebanyak 4/% lahan dari perkebunan kelapa sawit adalah milik rakyat. Tidak sedikit lahan yang sekarang berubah menjadi perkebunan sawit yang luas.

  • Perusahaan perkebunan kelapa sawit telah berkembang dan tercatat sudah lebih dari 1.700 perusahaan. Peningkatan jumlah perkebunan kelapa sawit ini juga diimbangi dengan peningkatan penghasilan kelapa sawit setiap tahunnya.

Sistem Integrasi Sawit dan Sapi

Adanya kolaborasi antara perkebunan kelapa sawit dan peternak sapi membuat keuntungan yang kian hari kian naik. Keberhasilan sistem ini bahkan diapresiasi banyak pihak. Bagaimana tidak, para peternak sapi menjadi terbantu dengan adanya lahan kelapa sawit yang lebar untuk tempat mengembalakan sapi tersebut. Sapi-sapi ini akan mudah beristirahat dan mencari makan.

Tidak hanya itu, pekebunam sawit juga kian subur dan terbantu akibat adanya gerombolan sapi-sapi ini. Sebab, sawit merupakan tanaman yang membutuhkan banyak air dan pupuk. Sedangkan kotoran sapi yang bebas berkeliaran bisa menjadi pupuk alami bagi kelapa sawit. Tentu pengeluaran biaya terkait pembelian pupuk menurun. Dengan penjelasan ini, anda pasti lebih paham akan pola integrasi sawit dan sapi yang saling menguntungkan.

Namun selain peluang, ada beberapa hal yang patut diperhatikan sebelum menerapkan sistem ini. Apa saja itu? Simak uraian berdasarkan informasi dari Moch. Syaphon Adiwijaya, Ketua Umum Asosiasi Planters Indonesia berikut.


Usia tanaman sawit

Sistem ini sebaiknya digunakan untuk usia tanaman yang telah mencapai umur 8 tahun atau lebih. Hal ini disebabkan jika terlalu muda, sapi malah dapat memakan daun sawit jika sapi dilepas atau digembalakan. Selain itu sebaiknya pengendalian tanaman gulma tidak memakai herbisida sebab bisa meracuni sapi.


Ganoderma

Salah satu hal yang paling krusial bagi pekebun adalah serangan Ganoderma. Sapi sendiri bukan merupakan penyebab hal ini namun dapat menjadi pembawa (vector) bagi Ganoderma. Moch. Syaphon Adiwijaya menyarankan agar sebaiknya sapi diternakkan terpisah jika dikhawatirkan mengalami serangan Ganoderma.


Demikian sedikit uraian tentang integrasi sawit dan sapi. Kotoran dan kencing sapi dapat dimanfaatkan sebagai pupuk organik jika diolah dengan tepat. Sebaiknya kotoran tersebut juga diberikan fermentor yang mengandung Trichoderma sp. untuk menyempurnakan proses pembusukan dan menekan ganoderma dari pupuk organik yang dihasilkan. Integrasi ini diharapkan dapat meningkatkan pendapatan petani melalui hasil produksi baru (sapi) dan menekan ongkos produksi (pupuk). Sebuah kajian menyebutkan bahwa penerapan sistem ini dapat meningkatkan produksi buah sawit segar sampai dengan 20% dan menekan biaya pemupukan sampai 40%.


Semoga bermanfaat!

Post: Blog2 Post
bottom of page