top of page
  • admin

Stop Gunakan Racun dan Listrik Untuk Membasmi Tikus, Mulailah Manfaatkanlah Predator Alami Tikus Ini


foto oleh pixabay


Di Indonesia, ada banyak sekali petani pangan yang menanam padi. Area pertanian padi yang tersebar luas di berbagai penjuru wilayah dan padi merupakan bahan baku utama bagi masyarakat. Namun, dalam proses penanamannya seringkali banyak petani yang mengeluh gagal panen dikarenakan padi yang ditanamnya terserang hama seperti tikus.

Ya, tikus merupakan salah satu hama yang sering mengganggu para petani dalam kegiatan budidaya tanaman padi. Serangan hama tikus yang menyerang persawahan tentu bisa menimbulkan kerusakan yang cukup fatal dan pada beberapa kasus tertentu hama ini bisa mengakibatkan gagal panen. Lalu, bagaimana cara membasmi hama tersebut?


Inilah Cara Paling Efektif Membasmi Hama Dengan Memanfaatkan Burung Hantu Sebagai Predator Tikus

Mengingat saat ini sering sekali ditemukan kasus gagal panen dikarenakan serangan predator atau hama berupa tikus. Maka salah satu solusi untuk menangani masalah tersebut yaitu dengan pengendalian OPT (organisme penggaggu tanaman) pada usaha tani. Pengendalian OPT ini tentu sangat penting agar kualitas dan kuantitas produksi pertanian terjaga dengan baik. Bagaimana pengendalian OPT dilakukan?

Sebelum adanya pengendalian OPT yang dinilai lebih efektif. Dahulu banyak sekali petani yang membasmi hama dengan menabur racun tikus pada sekitar lahan pertanian. Namun, hal ini tentu cukup beresiko sehingga harus dikurangi. Karena dapat meracuni makhluk hidup lain yang bukan bersifat hama.

Selain racun tikus, ada juga petani yang menggunakan jebakan listrik untuk mengamankan sawahnya. Namun sayang sekali, cara ini kadang membawa korban manusia baik orang lain atau petani itu sendiri. Oleh sebab itu solusi lain diperlukan.


Foto oleh kompas


Alternatif solusi agar pembasmian lebih efektif bisa dilakukan dengan pengendalian menggunakan predator alami hama. Pengendalian alami ini memanfaatkan musuh asli dari hama hanaman tersebut. Nah, musuh alami dari tikus sendiri ialah burung hantu.

Burung hantu termasuk kedalam hewan nokturnal yang terbiasa beraktivitas di malam hari. Pemanfaatan burung hantu sebagai pengendali hama tikus tentu tergolong ramah lingkungan dan tidak membahayakan.


Burung Hantu Sebagai Predator Tikus Mampu Memangsa 2 Hingga 5 Ekor Tikus Dalam Sehari!

Tidak semua burung hantu efektif untuk tugas mulia ini. Jenis burung hantu yang biasanya dipilih petani adalah burung hantu Tyto Alba. Burung hantu ini efektif, tidak mahal, mudah didapat dan tidak terlalu besar. Satu ekor burung hantu mampu memangsa 2 sampai 5 ekor tikus dalam setiap harinya. Pemanfaatan burung hantu sebagai predator tikus sudah banyak sekali diterapkan di Indonesia dan sejauh ini tentu sangat berhasil.

Namun hal ini tentu tidak bisa dilakukan sendiri.Perlu campur tangan semua petani. Misalnya dalam satu lokasi pesawahan, satu petani dengan petani lainnya harus memiliki kesadaran menjaga habitat burung hantu tersebut. Selain itu, petani juga perlu membuat rumah untuk burung hantu (Rubuha/rumah burung hantu) tersebut dan tidak menebang pohon disekitar pesawahan.

Pengendalian hama dengan memanfaatkan musuh alami dari hama tersebut memang dinilai lebih efektif sehingga hal ini sangat disarankan untuk dilakukan. Selain itu, pengendalian alami ini juga tentu saja menjadi salah satu cara untuk mengurangi penggunaan bahan beracun yang sudah banyak dilakukan oleh para petani.

Menariknya pemanfaatan burung hantu sebagai predator tikus juga tentu tergolong murah. Petani hanya perlu mengeluarkan modal untuk membeli burung hantu serta membuat rumah burung hantu. Selain itu, petani juga tentunya bisa memanfaatkan burung hantu liar dengan syarat tidak merusak habitatnya.

Nah itulah sekilas tentang pengendalian hama dengan memanfaatkan burung hantu sebagai predator tikus. Jadi, mulai dari sekarang, mulailah untuk mengurangi penggunaan racun dan jebalan listrik untuk membasmi hama yang merugikan. Pemanfaatan racun tikus berlebihan dan perangkap listik dapat berbahaya bagi lingkungan.


11 views0 comments
Post: Blog2 Post
bottom of page